B. Indonesia

Pertanyaan

contoh proporsal hidup selama di sma

1 Jawaban

  • Semoga Proposal hidup ini, bisa membimbingku untuk lebih dekat lagi dengan-Mu…Aamin.



    Sebelumnya aku ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Allah SWT karena sampai hari ini alhamdulillah masih diberi nikmat kesehatan, iman dan Islam. Masih diberikan kemampuan untuk berfikir dan menggerakkan jari-jemari untuk mengetik tulisan ini. Tak lupa juga salawat kepada Rasulullah SAW, suri tauladan dan panutan bagi semua manusia di dunia, semoga kita menjadi pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Keluargaku. Bapak, Ibu, Kakak dan adik-adikku yang insya Allah akan selalu menjadi motivasi untuk selalu maju dan berkembang.

    Ya Allah terima kasih karena telah memberikan kesempatan seorang Budi Setiawan untuk bisa hidup di dunia ini, melalui ikatan yang sah kedua orang tuaku. Aku yakin semua ini tercipta pasti dengan perencanaan yang matang sebelumnya. Aku terlahir 8 april 1987. Bapakku Sudarno dan Ibuku bernama Misyem. Walau bapak hanya lulusan SMA dan ibu lulusan SMP tapi mereka adalah guru dan sumber inspirasi bagiku. Ya Allah lindungilah kedua orang tuaku dan permudahkanlah urusannya untuk beribadah kepada-Mu. Aamin.

    Tahun 1994 sekitar 16 tahun yang lalu, ketika pertama kali orang tua mengenalkanku pada pendidikan formal. Tepatnya di Madrasah Qur’niah 1 Palembang tetapi jauh sebelum itu orang tuaku sudah mengajarkan membaca dan menulis. Sebelum adzan magrib berkumandang, aku, kakak dan adikku (karena waktu itu adikku baru satu) harus berkumpul di rumah untuk menjalankan shalat magrib berjamaah dan akan diteruskan dengan belajar bersama. Kapur tulis yang berdebu dahulu cukup fenomenal, apalagi ketika tangan keras beliau sudah menempelkan ujung kapur itu ke papan hitam.

    Sayang, mungkin budi kecil terlalu nakal untuk belajar, sering orang tuaku marah karena aku belum pulang akibat keasikan main bola hingga adzan magrib selesai. Sejak kecil sebenarnya orang tuaku telah menanamkan kedisiplinan padaku, tapi apa daya akalku yang pendek lebih tertarik untuk mandi di sungai, menangkap belalang dan main bola hingga larut malam. Dulu aku adalah anak ingusan dan karena aku keturunan jawa, maka aku sering dipanggil “lelek” (panggilan untuk orang jawa). Terkadang aku malu jika dipanggil seperti itu, karena terkesan kolot dan kampungan dan sekarang aku sadar bahwa semua itu tak lebih dari sekedar panggilan.

    Sejak kecil aku sudah akrab dengan motor vespa bapakku, karena sebelum ke kantor biasanya vespa yang sekarang sudah jadi rongsokan itu yang sering membawaku ke sekolah. Tapi aku bangga mempunyai bapak seperti beliau. Pekerja keras dan visioner menurutku.

    Tujuh tahun di Madrasah Qur’aniah telah banyak membentuk mentalku, sekolah yang berbasis agama Islam ini membuatku sedikit demi sedikit bisa membaca al-qur-an dan alhamdulillah bisa mengantarkanku lulus di SMP N 6 tanpa tes karena NIM ku pada waktu itu cukup untuk masuk kesana. Tidak ada sahabat apalagi cinta yang bersemi waktu itu, kecuali yang masih kuingat adalah ketika aku kelas 3 SD dan terjadi kebakaran di rumahku. Kira-kira ada sekitar 400 rumah lain yang ikut terbakar dan disepanjang jalan Veteran Palembang aku berlari bersama bapak menuju rumah saudara dan sepanjang jalan itu pula aku melihat ibu dan anak-anaknya menangis seolah-olah masih terpukul atas kejadian itu.

    Pasca kejadian itu, Bapak yang seorang PNS terlihat agak berat jika harus menanggung beban sekolah anak-anaknya, maka ibuku memutuskan untuk berjualan buah dan sayur di pasar. Aku sangat bangga mempunyai ibu seperti beliau, kesabarannya dan disiplinnya yang menginspirasiku hingga seperti sekarang ini.

    Waktu SMP hingga SMA aku hanya siswa biasa, tidak ada kejadian istimewa yang cukup untuk dibanggakan kecuali sempat mendapat ranking 1 di kelas 2 SMP tetapi semua itu sepertinya terbalas pada waktu aku kelas 2 SMA. Pada waktu itu aku merasa bodoh sekali karena kebodohan itu, maka aku dihadiahi merah enam di raport. Sentak aku terkejut dan hampir tak berani pulang ke rumah karena takut membayangkan kema

Pertanyaan Lainnya